Minggu, 13 Maret 2016

Aku Rindu

Ketika dua orang saling mencintai namun harus terpisah oleh jarak, hanya satu yang dapat dirasakan: rindu. Karena rindu, aku bisa belajar bagaimana menjaga cinta itu agar selalu ada, bahkan terus tumbuh. Karena rindu, aku bisa belajar bagaimana cara memelukmu dari jauh: lewat doa. Karena rindu, aku bisa belajar untuk lebih dekat dengan Allah: memintaNya menjagamu untukku. Rindu juga mengajarkanku bahwa, semakin jauh jarak yang memisahkan, semakin lama detik berputar untuk menunggu, maka semakin bahagia ketika bertemu.
 
Jauh bukan berarti tidak peduli, karena perhatian sekecil upil di hidung akan menjadi gunungan emas ketika sedang merindu. Rindu bukan berarti sendu, jadikan rindu sebagai penyemangat untuk menunggu. Sembari menunggu, gunakan waktu untuk perbaiki kalbu.

Jauh-dekat hanyalah jarak raga, namun ketika sudah berbicara soal “rindu”, masihkah mampu terpisah oleh jarak? Bukankah doa mampu menembus jarak, ruang, dan waktu? Entah siapa yang merasakan terlebih dahulu, apakah hati, pikiran, atau sekedar keinginan untuk bertemu, yang jelas rindu ini milikmu. Tanpamu semua berbeda, aku tahu kamu bukan segalanya, namun bagiku, kamu adalah pelengkap. Seperti masakan tanpa bumbu, bukan tidak bisa dimakan, namun terasa kurang nikmat.

Untukmu yang berada lebih dari 700 kilometer dariku, aku rindu.