Ketika dua orang saling mencintai namun harus terpisah oleh
jarak, hanya satu yang dapat dirasakan: rindu. Karena rindu, aku bisa belajar
bagaimana menjaga cinta itu agar selalu ada, bahkan terus tumbuh. Karena
rindu, aku bisa belajar bagaimana cara memelukmu dari jauh: lewat doa. Karena rindu, aku
bisa belajar untuk lebih dekat dengan Allah: memintaNya menjagamu untukku. Rindu juga
mengajarkanku bahwa, semakin jauh jarak yang
memisahkan, semakin lama detik berputar untuk menunggu, maka semakin bahagia
ketika bertemu.
Jauh bukan berarti tidak peduli, karena perhatian sekecil upil
di hidung akan menjadi gunungan emas ketika sedang merindu. Rindu bukan berarti
sendu, jadikan rindu sebagai penyemangat untuk menunggu. Sembari menunggu,
gunakan waktu untuk perbaiki kalbu.
Jauh-dekat hanyalah jarak raga, namun ketika sudah berbicara
soal “rindu”, masihkah mampu terpisah oleh jarak? Bukankah doa mampu menembus
jarak, ruang, dan waktu? Entah siapa yang merasakan terlebih dahulu, apakah hati,
pikiran, atau sekedar keinginan untuk bertemu, yang jelas rindu ini milikmu.
Tanpamu semua berbeda, aku tahu kamu bukan segalanya, namun bagiku, kamu adalah pelengkap. Seperti masakan tanpa bumbu, bukan tidak bisa dimakan, namun
terasa kurang nikmat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar