Senin, 06 November 2017

Goresan Pagi Hari

Ya Rabbi
Aku pernah bermimpi
Menua bersama dia yang kucintai

Namun kini
Dia telah pergi
Merangkai mimpi
Di seberang negeri
Tak tahu kapan akan berhenti

Haruskah aku menanti?
Ataukah kubiarkan saja dia lari

Apakah ini hanya kuingini?
Ataukah doa yang akan jadi

Rindu ini
Menyatu dalam relung hati
Berharap dia memahami
Bahwa satu nama yang abadi

Kamis, 19 Januari 2017

Analogi HP Hilang dan Jodoh



             Tepat 4 hari, HP yang baru menemani aku selama 7 bulan raib. Bersih tanpa meninggalkan jejak. Pencarian melalui lokasi yang ditunjukkan oleh GPS telah dilakukan, pencarian melalui provider dan merk HP juga tidak luput dari proses ikhtiar, namun hasilnya nol besar, HP itu tetap tidak ditemukan. Sedih, kecewa, marah, menyesal, selalu menghantuiku akhir-akhir ini, banyak kata “seandainya” yang terucap maupun hanya dalam lamunan, namun aku tahu, hal itu tidak akan membuahkan hasil.
            Satu kalimat sederhana yang aku ingat dari seorang panutan dalam keluargaku, ayah, “Ikhlasin aja, Mbak. Yang hilang masih HP, kalau masih rezekimu juga bakal balik kok.” Kemudian aku menjawab, “Iya, yah, masih HP, belum dia” (aku menyebut nama), kemudian ayah tertawa dan bertanya lagi, “Kalau dia hilang gimana?” Akupun menjawab dengan mantap, “Ya bakal tak cari sampai ketemu”, ayahku bertanya kembali, “Mau nyari dimana?” Aku menjawab dengan santai dan ku akhiri dengan “Di doanya orang-orang, kali aja nyempil, banyak yang doain” tawa ayahku langsung meledak seketika, bagai bom atom yang ledakannya menembus lapisan bumi paling luar.
            Dari kalimat sederhana ayahku, aku menemukan sesuatu yang berharga, mungkin memang terdengar klise atau malah menggelikan, tapi ini membawa pengaruh besar dalam harapanku: (Mengenai harapanku, bisa dibaca di post sebelumnya). Kalimatnya adalah “Kalau masih rezekimu, juga bakal balik kok” bisa di analogikan dengan “Kalau jodoh, juga bakal balik kok”. Sejauh apapun HP itu hilang, se-lama apapun HP itu nggak ada, kalau memang masih hakku, juga bakal balik, tapi kalau sudah bukan hakku, mau di doain kayak gimanapun juga nggak bakal ketemu, sama kayak jodoh, sejauh apapun jarak yang terbentang, se-lama apapun waktu mampu membuat rentang pertemuan, kalau memang jodoh juga bakal pulang kok, sebaliknya kalau emang nggak jodoh, mau ditunggu sampai ribuan tahun, bahkan mau disusul sampai ke ujung dunia juga bakal tetep buat orang lain. Sederhana, tapi bermakna.
            Meskipun jodoh akan datang dengan sendirinya, bukan berarti tidak perlu berikhtiar untuk mencari, apalagi ketika sudah ada satu nama yang terharapkan. Sebut namanya dalam setiap doa, kemudian pasrahkan pada yang Maha Kuasa. Sempurna.
           

Senin, 09 Januari 2017

Untukmu

Hai, apa kabar kamu? Apa kabar hatimu? Aku harap baik-baik saja, masih sama, tak ada yang berganti.

557 hari sejak hari itu, banyak yang telah berubah, tapi satu yang tidak akan pernah berubah: rumah untukmu.

Kembalilah, pulanglah, aku rindu.

Akan selalu ku ingat, janjiku padamu: untuk selalu menunggu. Percayalah, itu ikhtiarku.

Maafkan aku atas goresan itu, penyebab luka di hati ayah-bundaku, dan mungkin juga di hatimu.

Jaga dirimu baik-baik, salam rindu dari Surabaya, untuk seseorang yang sedang berjuang di seberang sana. Ku titipkan rindu ini, pada angin yang berhembus ke arah barat, berharap sampai pada pemilik rindu di sekitaran kilometer 700.